02 Feb 2021

Bank Rakyat Indonesia Raih Laba Rp18,65 Triliun pada 2020

StockWatch (Jakarta) - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) meraih laba Rp18,65 triliun pada 2020, turun 45,73% dibandingkan Rp34,37 triliun pada 2019. Menurut Sunarso, Direktur Utama BBRI, akibat pandemi Covid-19, BBRI fokus pada upaya penyelamatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). ``Kami melakukan restrukturisasi untuk menyelamatan nasabah utama kami yakni UMKM,`` ujar Sunarso. Menurut laporan keuangan per 31 Desember 2020, BBRI merestruktur Rp230,61 triliun kredit, sekitar 26% dari total kredit BBRI yang mencapai Rp880,61 triliun. Jika dibandingkan dengan Rp859,57 triliun per 31 Desember 2019, maka kredit BBRI pada 2020 masih tumbuh Rp20,04 triliun (2,33%). Akan tetapi pertumbuhan kredit di atas tak berhasil mendukung peningkatan pendapatan bunga BBRI. Bank BUMN dengan aset konsolidasi Rp1.511,81 triliun per Desember 2020 – meningkat 6,71% dari Rp1.416,76 triliun pada 2019 – itu, membukukan pendapatan bunga konsolidasi Rp116,93 triliun pada 2020, turun 3,97% dari Rp121,76 triliun pada 2019. Seiring pendapatan bunga, beban bunga BBRI juga turun 5,82% menjadi Rp37,72 triliun pada 2020, dari Rp40,05 triliun pada 2019. Kemampuan menurunkan beban bunga yang lebih besar dari penurunan pendapatan bunga, menyebabkan pendapatan bunga dan syariah bersih konsolidasi BBRI hanya merosot 3,06%, dari Rp81,71 triliun pada 2019 menjadi Rp79,21 triliun pada 2020. Adapun pendapatan bunga, syariah dan premi bersih konsolidasi BBRI pada 2020 sebesar Rp80,09 triliun, turun 3,18% jika dibandingkan Rp82,72 triliun pada 2019. Marjin bunga bersih BBRI turun menjadi 6,00% pada 2020, dari 6,98% pada tahun sebelumnya. Penurunan drastis laba BBRI pada 2020 dipicu oleh beban operasi lain yang mencapai Rp53,30 triliun, meningkat 35,72% dibandingkan Rp39,27 triliun pada 2019. Penyebab utama kenaikan beban operasi lain tersebut adalah pencadangan untuk penurunan nilai aset keuangan sebesar Rp30,32 triliun pada 2020, naik 42,42% dari Rp21,50 triliun pada 2019, serta kenaikan 20,92% biaya lainnya menjadi Rp22,92 triliun. Akibatnya, laba operasi BBRI merosot 38,34% menjadi Rp26,79 triliun pada 2020, dari Rp43,45 triliun pada 2019. Sunarso, dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (29/1), mengemukakan, BBRI telah berhasil melewati periode terberat dampak pandemi Covid-19. Seiring pertumbuhan kredit, kualitas aktiva produktif BBRI memang cenderung membaik. Hal itu tergambar pada rasio aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif yang turun menjadi 1,81% pada 2020, dari 1,98% pada 2019. Selain itu, NPL (Non-performing loan) bersih BBRI juga turun, dari 1,04% menjadi 0,80%. Ruang pertumbuhan BBRI pada tahun ini masih cukup lapang. Dana Pihak Ketiga (DPK) BBRI sebesar Rp1.121,10 triliun per Desember 2020, meningkat 9,78% dari Rp1.021,20 per Desember 2019. Rasio Kredit terhadap DPK BBRI turun menjadi 83,66% pada 2020, dari 88,64% pada 2019. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) memang turun menjadi 20,61% pada 2020, dari 22,55% pada 2019. Akan tetapi itu masih jauh di atas kewajiban minimum 8% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. “Tahun ini kami optimistis kredit mampu tumbuh di atas rata-rata industri nasional,” kata Sunarso. Perbaikan daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga diharapkan menjadi faktor utama pendorong permintaan kredit. “Tantangannya sekarang adalah mencari sumber pertumbuhan baru. Kami akan fokus pada dua area. Pertama, yang existing kita naik kelaskan. Kedua, cari sumber pertumbuhan baru, yaitu mencari yang lebih kecil daripada mikro,” kata Sunarso. Investor, tampaknya, tak bereaksi negatif atas penurunan laba BBRI pada 2020. Ditutup di posisi Rp4.180 pada 29 Januari 2021, terendah sepanjang Januari 2021, harga saham BBRI kembali naik menjadi Rp4.400 pada 1 Februari 2021. Harga tertinggi BBRI sepanjang perdagangan 2021 ini adalah Rp4.890 per saham pada 20 Januari 2021. (daiz/ba)
Top